Selasa, 25 Oktober 2011

GIZI IBU HAMIL


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin  yang sedang dikandung.  Bila gtatus gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan  bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal.  Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil. 
Salah satu cara untuk menilai kualitas bayi adalah dengan mengukur berat bayi pada saat lahir. Seorang ibu hamil akan melahirkan bayi yang sehat bila tingkat kesehatan dan gizinya berada pada kondisi yang baik.  Namun sampai saat ini masih banyak ibu hamil yang mengalami masalah gizi khususnya gizi kurang seperti Kurang Energi Kronis (KEK) dan Anemia gizi (Depkes RI, 1996).  Hasil SKRT 1995 menunjukkan bahwa 41 % ibu hamil menderita KEK dan 51% yang menderita anemia mempunyai kecenderungan melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Ibu hamil yang menderita KEK dan Anemia mempunyai resiko kesakitan yang lebih besar terutama pada trimester III kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil normal.  Akibatnya mereka mempunyai resiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR, kematian saat persalinan, pendarahan, pasca persalinan yang sulit karena lemah dan mudah mengalami gangguan kesehatan (Depke RI, 1996).  Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru, sehingga dapat berakibat pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat mengganggu kelangsungan hidupnya.
Selain itu juga akan meningkatkan resiko kesakitan dan kematian bayi karena  rentan terhadap infeksi saluran pernafasan bagian bawah, gangguan belajar, masalah perilaku dan lain sebagainya (Depkes RI, 1998).

Ibu hamil merupakan kelompok yang cukup rawan gizi. Kekurangan gizi pada ibu hamil mempunyai dampak yang cukup besar terhadap proses pertumbuhan janin dan anak yang akan dilahirkan. Beberapa penelitian membuktikan bahwa pengaruh gizi kurang terhadap kejadian BBLR cukup besar pada ibu hamil, apalagi kondisi gizi ibu sebelum hamil buruk. Masalah gizi kurang pada ibu hamil ini dapat dilihat dari prevalensi Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan kejadian anemia.
Kekurangan zat besi (anemia) dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar.
Untuk memperkecil resiko BBLR diperlukan upaya mempertahankan kondisi gizi yang baik pada ibu hamil. Upaya yang dilakukan berupa pengaturan konsumsi makanan, pemantauan pertambahan berat badan, pemeriksaan kadar Hb, dan pengukuran LILA sebelum atau saat hamil.


BAB II
PEMBAHASAN
GIZI IBU HAMIL

A.    Pengertian
1.      Ibu hamil dengan Anemia
Menurut WHO, anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai penurunan kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl selama masa kehamilan dan kurang dari 10 g/dl selama masa post partum. Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan dampak yang membahayakan bagi ibu dan janin. Pada ibu hal ini dapat meningkatkan resiko terjadinya perdarahan postpartum. Bila terjadi sejak awal kehamilan dapat menyebabkan terjadinya persalinan prematur.
Etiologi anemia dalam kehamilan sama seperti yang terjadi pada wanita yang tidak hamil. Semua anemia yang terdapat pada wanita usia reproduktif dapat menjadi faktor penyulit dalam kehamilan. Penyebabnya antara lain :
a.       Makanan yang kurang bergizi.
b.      Gangguan pencernaan dan malabsorpsi,
c.       Kurangnya zat besi dalam makanan.
d.      Kebutuhan zat besi yang meningkat.

Sedangkan faktor predisposisi terbesar terjadinya anemia adalah status gizi yang buruk dengan defisiensi multivitamin, dimana hal ini masih banyak terjadi di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia.
Secara umum klasifikasi anemia dalam kehamilan dibagi menjadi :
a.       Anemia Defisiensi Besi sebanyak 62,3%
b.      Anemia Megalobalstik sebanyak 29%
Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat (pteroylglutamic acid) dan defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin) walaupun jarang.
c.       Anemia Hipoplastik dan Aplastik sebanyak 8%
Anemia disebabkan karena sumsum tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel darah baru.
d.      Anemia Hemolitik sebanyak 0,7%
Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat daripada pembuatannya.

Menurut penelitian, ibu hamil dengan anemia paling banyak disebabkan oleh kekurangan zat besi (Fe) serta asam folat dan vitamin B12. Pemberian makanan atau diet pada ibu hamil dengan anemia pada dasarnya ialah memberikan makanan yang banyak mengandung protein, zat besi (Fe), asam folat, dan vitamin B12.

2.      Ibu hamil dengan obesitas
Obesitas (kegemukan) pada ibu hamil adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebih pada ibu hamil, sehingga BB pada ibu hamil jauh di atas normal dan dapat membahayakan kesehatan.
Ibu hamil yang obesitas akan mudah terkena komplikasi, termasuk diabetes selama kehamilan, dan pre eclampsia atau toxemia (gangguan yang muncul saat kehamilan, dan biasanya saat usia kehamilan mencapai 20 minggu). Kelebihan berat badan pada ibu hamil akan mengakibatkan bayi lahir prematur, sulitnya proses melahirkan karena pertumbuhan atau berat badan bayi lebih besar daripada seharusnya, kesulitan bernapas, dan kerusakan pada otak.
Normalnya, kenaikan berat badan ibu hamil antara 12,5 kilogram sampai 17,5 kilogram. Dan bagi Anda yang mengalami berat badan berlebih disarankan untuk menurunkan berat badan, namun diiringi pemantauan dokter. Untuk menurunkan berat badan selama kehamilan ini Anda tidak diharuskan untuk melakukan diet keras, namun diet aman dengan pemantauan dokter kandungan Anda dan olahraga ringan yang aman untuk ibu hamil.

B.     Prinsip Diet Pada Ibu Hamil
Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya, pengelolaan DMG juga terutama didasari atas pengelolaan gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu.
1.      Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir lebih dini, pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian janin memdadak. Berikan insulin yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui drips.
2.      Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya. Lakukan upaya pencegahan infeksi dengan baik.
3.      Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus glukosa.
4.      Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB ideal, kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah.
5.      Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB.
6.      Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari:
§  Kalori basal 25 kal/kgBB ideal
§  Kalori kegiatan jasmani 10-30%
§  Kalori untuk kehamilan 300 kalor
§  Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB

Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mg/dl dan 2 jam pp di bawah 120 mg/dl, maka terapi insulin harus segera dimulai.
Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler. Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya, dengan ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai.



Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk :
§  Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl
§  Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl
§  Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6%
§  Mencegah episode hipoglikemia
§  Mencegah ketonuria/ketoasidosis deiabetik
§  Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal.

Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari, jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah). Dianjurkan kontrol sesuai jadwal pemeriksaan antenatal, semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin sering. Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali.
Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-2.5 kg pada trimester pertama dan selanjutnya rata-rata 0.5 kg setiap minggu. Sampai akhir kehamilan, kenaikan berat badan yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg, ibu BB normal 12.5-17.5 kg dan ibu BB lebih/obesitas 7.5-12.5 kg).
Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil, maka insulin langsung digunakan. Insulin yang digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin), karena insulin yang bukan berasal dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan terbentuknya antibodi terhadap insulin endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin.
Pada DMG, insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan lama kerja intermediate dan diberikan 1-2 kali sehari. Pada DMH, pemberian insulin mungkin harus lebih sering, dapat dikombinasikan antara insulin kerja pendek dan intermediate, untuk mencapai kadar glukosa yang diharapkan. Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek teratogenitasnya yang tinggi dan dapat diekskresikan dalam jumlah besar melalui ASI


1.         Prinsip Diet Pada Ibu Hamil Dengan Anemia
Mengkonsumsi makanan yang kaya akan zat besi seperti daging merah, hati sapi, hati ayam, bayam, brokoli, kacang-kacangan, kerang, ikan sarden, rumput laut, tahu, tempe. Kebutuhan zat besi saat hamil adalah 30-60 mg/hari. Zat besi dari makanan hewani lebih mudah diserap tubuh daripada makanan nabati.
Mengkonsumsi vitamin C karena dapat membantu penyerapan zat besi di usus. Makanan yang dapat membantu penyerapan zat besi yaitu daun singkong, daun katuk, bayam, jeruk, jambu, tomat.
Hindari mengkomsumsi makanan yang dapat mengganggu penyerapan zat besi seperti teh, kopi, susu, obat-obatan. Sebaiknya beri jarak waktu mengkonsumsinya sekitar 2-4 jam. Minum suplemen penambah zat besi dengan resep dokter.
Ibu mempunyai cadangan FE tidak mencukupi untuk masa hamil karena bertambahnya volume darah & adanya kebutuhan janin. FE berfungsi untuk mencegah.
Adapun prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia yaitu :
1.      makan bahan makanan sumber FE : hati, daging, kuning telur, udang, serealia, kacang-kacangan & sayuran hijau
2.      Bila sumber FE dari tumbuhan, diiringi dengan mengkonsumsi vitamin C
3.      Penggunaan tablet besi sesuai dengan anjuran dokter atau bidan
4.      FE diinum kurang lebih 2 jam sebelum atau sesudah makan dengan cukup cairan atau jus jeruk
5.      Hindari minum FE dengan susu atau the

2.         Prinsip Diet Pada Ibu Hamil Dengan Obesitas
Para ahli menyebutkan, obesitas selama kehamilan juga dapat menyebabkan efek negatif pada sang bayi saat ia dewasa nanti. Banyak dari anak-anak ini nantinya akan mengalami obesitas, baik selama masa kecilnya ataupun saat ia dewasa. Oleh karena itu disarankan para ibu hamil untuk menjaga berat badan mereka selama kehamilan.
Normalnya, kenaikan berat badan ibu hamil antara 12,5 kilogram sampai 17,5 kilogram. Dan bagi Anda yang mengalami berat badan berlebih disarankan untuk menurunkan berat badan, namun diiringi pemantauan dokter. Untuk menurunkan berat badan selama kehamilan ini Anda tidak diharuskan untuk melakukan diet keras, namun diet aman dengan pemantauan dokter kandungan Anda dan olahraga ringan yang aman untuk ibu hamil.
Empat langkah utama diet pada ibu hamil dengan obesitas yaitu :
1.      Memotong asupan kalori dan meningkatkan aktivitas fisik.
2.      Memperbanyak makan makanan nabati yaitu sayuran, buah-buahan, biji-bijian, serta kacang-kacangan. Meningkatkan konsumsi makanan laut yang bebas lemak dan susu rendah lemak, serta makan secukupnya daging unggas dan telur.
3.      Secara signifikan mengurangi asupan makanan yang mengandung gula dan lemak padat, yang memberikan kontribusi sekitar 35 persen kalori. Mengurangi asupan natrium secara bertahap sampai dengan 1.500 miligram per hari.
4.      Mematuhi Pedoman yang diberikan dokter.

Pedoman diet digunakan untuk program gizi dan pendidikan pemerintah, dan juga oleh ahli gizi serta ahli kesehatan untuk membantu mendidik ibu hamil tentang bahaya obesitas pada saat hamil.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan dampak yang membahayakan bagi ibu dan janin. Pada ibu hal ini dapat meningkatkan resiko terjadinya perdarahan postpartum. Bila terjadi sejak awal kehamilan dapat menyebabkan terjadinya persalinan prematur.
Sedangkan faktor predisposisi terbesar terjadinya anemia adalah status gizi yang buruk dengan defisiensi multivitamin, dimana hal ini masih banyak terjadi di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia.
Obesitas (kegemukan) pada ibu hamil adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebih pada ibu hamil, sehingga BB pada ibu hamil jauh di atas normal dan dapat membahayakan kesehatan.

B.     Saran
Sebaiknya Diet Ibu Hamil dengan Obesitas mengikuti anjuran dokter, agar tidak berbahaya bagi janin.





DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat. 1996.  Pedoman Penanggulangan Ibu Hamil Kekurangan Enargi Kronis.  Jakarta.

Depkes RI. 1997.  Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995.  Badan Penelitian dan Pengembangan KesehatanJakarta.

Jumirah, dkk. 1999. Anemia Ibu Hamil dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Serta Dampaknya pada Berat Bayi Lahir di Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan.  Laporan Penelitian.  Medan

Kardjati, S. 1999. Aspek Kesehatan dan Gizi Anak Balita. Yayasan Obor Indonesia.  Jakarta.

Nasution, A.H., dkk.  1988.  Gizi untuk Kebutuhan Fisiologis Khusus. Terjemahan.  PT Gramedia.  Jakarta.

Manik, R. 2000.  Pengaruh Sosio Demografi, Riwayat Persalinan dan Status Gizi Ibu terhadap Kejadian BBLR, Studi Kasus di RSIA Sri Ratu Medan.  Skripsi Mahasiswa FKM USU. Medan.

Sarimawar, D., dkk.  1991.  Faktor Resiko yang Mempengaruhi Anemia Kehamilan.  Buletin Penelitian Kesehatan.  Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar