Selasa, 25 Oktober 2011

IBU HAMIL DALAM KONDISI PREEKLAMSI


Pengertian Preeklamsi
Preeklamsi merupakan terjadinya peningkatan tekanan darah selama masa kehamilan. Hal ini berbahaya bagi kehamilan karena ketika tekanan darah meningkat maka tubuh akan menahan air dan terdapat protein dalam urin. Hal ini dapat meningkatkan terjadinya keracunan kehamilan yang disebut dengan eklamsia.
Preeklamsia biasanya menyerang ibu yang baru pertama kali mendapat kehamilan. Mereka yang memiliki riwayat preeklamsia (saudara / ibu) maka mendapatkan resiko yang sama untuk terkena preeklamsia pada kehamilannya.
Ibu hamil dengan bayi kembar, ibu hamil usia remaja dan ibu hamil dengan usia lanjut (diatas 40th) juga berpotensi untuk terkena preeklamsia pada masa kehamilan. Selain itu ibu yang sebelumnya telah memiliki penyakit darah tinggi atau penyakit ginjal juga memiliki potensi terkena preeklamsia pada masa kehamilan.

Jenis Preeklamsi
Preeklamsia dibagi menjadi dua buah yaitu preeklamsia ringan dan preeklamsia berat. Preeklamsia ringan ditandari dengan naiknya tekanan darah, retensi air dan kandungan protein dalam urin. Preeklamsia berat dapat meliputi sakit kepala, pandangan kabur, tidak dapat melihat cahaya yang terang, kelelahan, mual/muntah, sedikit buang air kecil (BAK), sakit di perut bagian kanan atas, napas pendek dan cenderung mudah cedera. Segera hubungi dokter anda bila anda mengalami pandangan kabur, sakit kepala yang parah, sakit di bagian perut, dan/atau jarang sekali BAK.


Kondisi Ibu Hamil Dengan Preeklamsi
Setiap perempuan hamil rawan mengidap penyakit preeklamsi. Yaitu salah satu jenis penyakit yang sering dijumpai pada ibu hamil dan salah satu penyebab kematian di dunia. Terutama pada ibu yang untuk kali pertama hamil dan terjadi pada usia 20 tahun. Preeklamsi juga rawan terjadi pada perempuan hamil dengan usia 30 hingga 35 tahun dan mengidap obesitas.
Preeklamsi juga sering dikaitkan dengan faktor genetik seseorang. Ada banyak gejala yang muncul namun terkadang kerap dianggap wajar. Salah satunya adalah sakit kepala karena hipertensi (tekanan darah tinggi), terutama jika kehamilan telah mencapai usia lebih dari 20 minggu.
Preeklamsi sering disebut juga dengan keracunan pada kehamilan, biasanya terjadi pada trimester ketiga kehamilan atau bisa juga muncul pada trimester kedua. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya tekanan darah yang diikuti oleh peningkatan kadar protein di dalam urine. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab dari kelainan ini, namun penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya preeklamsia dan eklamsia (infeksi dan pendarahan) yaitu gizi buruk, kegemukan dan gangguan aliran darah ke rahim.
Beberapa kondisi yang memiliki kemungkinan mengalami preeklamsi yaitu kehamilan pertama, kehamilan bayi kembar, diabetes, hipertensi, ada masalah dengan ginjal, dan juga perempuan yang hamil pertama pada usia 20 tahun di atas 35 tahun.
Tekanan darah normal pada saat hamil, biasanya lebih rendah dari 130/85 mmHg. Jika tekanan darah di atas 140/90 mmHg masih dapat dinyatakan normal dengan catatan hanya terjadi sekali. Tapi bila di pemeriksaan ulang tekanan darah masih belum normal dapat diindikasikan adanya ketidaknormalan pada kehamilan. Pemeriksaan lebih teliti akan dilakukan lagi disertai dengan tes lanjutan untuk mengetahui kadar protein dalam urine.



Menjadi Eklamsia
Perempuan hamil dengan preeklamsia juga akan mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan. Preeklamsi umumnya muncul pada pertengahan umur kehamilan, meskipun pada beberapa kasus ada yang ditemukan pada awal masa kehamilan. Risiko preeklamsia juga meningkat pada kehamilan si ibu yang memang sudah pernah mengalami preeklamsia pada kehamilan sebelumnya. Jika hal ini tidak ditangani dengan tepat dan cepat, preeklamsi segera berubah menjadi eklamsia. Jika hal ini sampai terjadi akan berakibat fatal.
Preeklamsi dinyatakan bila ibu mengalami hipertensi dan kadar protein urine tinggi di usia kehamilan di atas 20 minggu. Diagnosis ini baru diketahui saat melakukan pemeriksaan rutin sebelum kelahiran.
Preeklamsi akan mempengaruhi pembuluh arteri yang membawa darah menuju plasenta. Akibatnya jika plasenta tidak mendapat cukup darah, maka janin akan mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi sehingga pertumbuhannya lambat atau lahir dengan berat kurang. Selain itu, preeklamsi juga akan meningkatkan risiko lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum lahir, sehingga terjadi pendarahan dan dapat mengancam bayi maupun ibunya. Preeklamsi juga dapat menyebabkan terjadinya kelahiran prematur dan komplikasi lanjutan dari kelahiran prematur yaitu keterlambatan belajar, epilepsi, cerebral palsy, dan masalah pada pendengaran dan penglihatan anak.
Efek lainnya adalah berkaitan dengan sel darah merah yang dikenal dengan sindrom HELP. Yakni Hemolyssi yang artinya perusakan sel darah merah, Elevated Liver Enzym dan Low Platelet Count, yakni meningkatnya kadar enzim dalam hati dan rendahnya jumlah sel darah di keseluruhan darah. Gejala yang umumnya muncul adalah pening dan muntah, sakit kepala serta nyeri perut atas.
Jika preeklamsi tidak terkontrol maka akan terjadi eklamsia. Eklamsia dapat mengakibatkan kerusakan permanen organ tubuh ibu seperti otak, hati dan ginjal. Eklamsia berat menyebabkan ibu mengalami koma, kerusakan otak, bahkan berujung pada kematian janin maupun ibu.
Karena penyebab pasti preeklamsia belum diketahui, pencegahan dini yang dapat dilakukan adalah memastikan pemeriksaan rutin setiap bulan agar perkembangan berat badan serta tekanan darah ibu dapat terpantau dengan baik. Oleh karena itu, sangat disarankan bagi ibu hamil untuk memeriksakan dirinya ke dokter secara rutin untuk menangani penyakit ini sejak dini. Pola makan si ibu juga harus diperhatikan sebab obesitas merupakan faktor risiko preeklamsia. Caranya dengan menjalani pola makan yang sehat dengan menu seimbang yang mulai diterapkan sejak sebelum hamil atau ketika merencanakan kehamilan. Preeklamsia yang terdiagnosis lebih awal akan memudahkan dokter menyarankan terapi yang tepat untuk ibu dan janinnya.


Penanganan / Pengobatan Preeklamsia
Preeklamsia pada kehamilan ditangani berdasarkan umur kehamilan dan berapa tingkat perkembangan janian dalam kandungan. Bila sudah dekat dengan tanggal perkiraan kelahiran dan bayi telah cukup berkembang ada kemungkinan dokter segera mengambil tindakan untuk mengeluarkan bayi.
Bila ternyata preeklamsia telah ditemukan pada usia kehamilan belum cukup bulan maka dokter biasanya memberikan saran agar ibu banyak beristirahat dan berbaring miring ke kiri agar janin tidak mindih urat darah. Ibu juga diharapkan dapat memperbanyak minum hingga 8 gelas air per hari dan mengurangi konsumsi garam untuk menghindari terjadinya eklamsia (keracunan kehamilan)
Pengobatan pada preeklamsia berat dilakukan dengan memberikan obat yang berfungsi untuk menekan tekanan darah hingga bayi cukup bulan untuk dilahirkan.


Sumber : http://www.klikdokter.com/healthnewstopics/read/2011/09/12/15031339/preeklampsia-dan-eklampsia-masih-kontributor-aki-2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar